REFLEKSI PRIE GS - Jangan Biarkan Peluru Ke Arah yang Keliru

Jangan Biarkan Peluru Ke Arah yang Keliru - Kedai cukur yang saya datangi ini dua kali saya datangi dan dua kali menyambut saya dengan cara yang sama walau lewat petugas yang berbeda. Telah lepas jam makan siang dan petugas itu tampak sendirian dari sejumlah kursi cukur yang disediakan. Pada kunjungan pertama saya biarkan saja, tetapi pada kali kedua yang mulai ingin tahu apa yang terjadi. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Petugas ini terpaksa mencukur tamu yang datang sendirian dan itu membuatnya kesal karena setelah jam paginya habis, petugas yang menggantikan belum datang. Ia merasa kewalahan dan kehilangan waktu untuk makan siang dan inilah yang membuat ia bermuka masam. Ia tampak harus mengerjakan ini itu sendirian dari menyambut tamu, mengatur pembayaran sampai menyediaan minuman. Dua kali pemandangan ini saya lihat dan saya rasakan dalam hitungan bulan yakni jarak waktu dari cukur pertama ke cukur kedua. Jadi jelas: kedai cukur ini menyimpan masalah. Ia laku: tapi bermasalah. Jika sikap ini diteruskan, tak sulit membayangkan nasib kedai ini di masa depan. Kapan ia tutup hanya soal waktu. Usaha ini dibiarkan melaju tanpa arah dan kepemimpinan.

Tetapi nasib usaha ini kurang menarik perhatian saya. Jauh lebih menarik adalah anak muda yang mencukur saya. Apapun kelelahannya, sistem insentif di kedai ini sebenarnya relatif adil. Semakin banyak kepala yang dicukur semakin banyak insentif yang ia terima. Tetapi muka anak muda yang masam ini membuktikan, bahwa uang hanyalah salah satu faktor kebahagiaan. Uang yang didapatkan dari sebua sistem yang kacau, kepemimpinan yang rusak serta tim yang penuh persoalan, tak semenarik uang yang didapat dari iklim yang gembira dan penuh pemaknaan. Kedai cukur ini lupa pada makna-makna itu tetapi itu biarlah urusan mereka, tidak dengan anak muda ini. Ia mendesak untuk disadarkan dari kebiasaan berbahaya ini: memakai pelanggan sebagai sasaran. Dan inilah soal yang saya kotbahkan panjang sambil ia mencukur kepala saya:

‘’Kamu punya hak untuk makan siang. Beri tahu atasanmu agar kedisplinan tim sekitarmu berjalan. Tetapi jika nasihat itu tak berarti, tutup saja kedai ini, dan makan sianglah, sampai petugas berikutnya datang. Mengapa? Kau akan adil pada dirimu, tetapi juga adil pada pelanggan. Karena sementara muka masammu itu sebenarnya tertuju pada teman-temanmu, tetapi prakteknya, pelangganmulah yang paling merasakan, termasuk aku. Kalau kau tahu, aku bercukur kemari, memang bukan untuk bercukur tetapi sekaligus untuk mengerti nilai kalian. Dan aku mengritik sikapmu, karena muka masammu itu menghina rezekimu sendiri. Aku ini sekadar ornag tua yang tak rela melihat anak muda kehilangan berkah hidupnya. Paham?’’

Anak muda itu membeku sambil mendengar kotbah saya yang panjang. Ia lalu menjadi sangat berhati-hati dan seluruh gerak tubuhnya, kesopanannya, kembali lagi dan melupakan sejenak lapar hasil makan siangnya yang tertunda.
‘’Maaf, boleh tahu bapak ini siapa?’’
‘’Aku ini penasihat bayaran. Tapi untukmu kuberi nasihat gratis karena aku tahu, kau butuh menabung untuk bisa mendengar nasihatku,’’
kata saya, bermaksud melucu tetapi agaknya anak itu sedang lupa untuk tertawa. Tapi saya percaya, ia, esok hari akan memiliki pandangan yang berbeda pada pelanggannya.
Terima kasih telah membaca artikel tentang REFLEKSI PRIE GS - Jangan Biarkan Peluru Ke Arah yang Keliru di blog Refleksi Prie GS bila artikel ini bermanfaat silahkan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :