REFLEKSI PRIE GS: Momen

Momen - Bandara di kotaku pagi ini sibuk sekali. Tak seperti biasanya hari Minggu yang lazimnya sepi. Oo, ternyata banyak pengantar umrah memenuhi lokasi. Pemandanhan ini mengingatkan aku pada pengalaman berhaji bertahun lalu, dengan jumlah pengantar pasti berlipat dari ini. Anak-anakku masih kecil saat itu. Si sulung masih SMP dan adiknya SD. Aku sudah meminta agar dilepas sendiri saja. Begitu juga dengan tetanggaku. Cukup aku didoakan saja. Aku yang beribadah, jangan sampai orang lain yang repot. Untuk tetangga, bisa mengerti, tapi keluarga tidak. Istriku bersama anak-anak berkeras mengantarku. Hasilnya mereka tenggelam dalam lautan manusia bahkan baru di lokasi hantaran. Ketika aku sudah masuk bus, kulihat kepala-kepala orang-orang yang kucintai itu menyembul di antara ribuan kepala. Mereka terus berdada kepadaku seperti banyak tangan berdada pada keluarganya. Istriku matanya sembab. Begitu juga dengan anak-anak yang tampak menahan isak.

Mereka terus berdada dan aku juga terus membalasanya. Tetapi sementara kami terus berbalas dada, bus yang kami tumpangi tak berangkat-berangkat pula. Makin lama, adegan saling dada ini makin kehilangan koordinasi. Makin acak dan akhirnya berhenti secara kurang bernutu. Bahkan berdada kepada orang tercinta pun ada batasnya.
Terima kasih telah membaca artikel tentang REFLEKSI PRIE GS: Momen di blog Refleksi Prie GS bila artikel ini bermanfaat silahkan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :